Turisme menjadi salah satu andalan Vietnam. Sumbangan pendapatan negara dari sektor ini diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Vietnam termasuk sukses menggarapnya, bahkan mereka siap menyedot wisatawan asing.
Ini bisa menjadi ancaman buat negara-negara tetangga yang sebelumnya sukses menggarap sektor pariwisata. Sebut saja Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Bahkan, ancaman itu semakin serius.
Pertumbuhan wisata di Vietnam mengalami kemajuan sangat pesat mulai tahun 2006. Menurut World Travel and Tourism Council (WTTC) dan Oxford Economic Forecasting, Vietnam berada di urutan keenam. Sungguh luar biasa.
Pertumbuah wisata terbesar dipegang Montenegro. Negeri Balkan itu mengalami pertumbuhan 10,2 persen. Urutan kedua ditempati China yang mengalami kemajuan sebesar 8,7 persen. Berturut-turut diikuti India (8 persen), Rumania (7,9 persen), Kroasia (7,6 persen), baru Vietnam (7,5 persen). Di belakangnya ada Latvia (7,3 persen), Maladewa (7,2 persen), Albania (7 persen), dan Kamboja (7 persen).
Di mana Indonesia? Yang pasti tak masuk 10 besar dalam pertumbuhan industri pariwisata.
Apa rahasia Vietnam? Mereka mampu mengoptimalkan semua potensi wisata yang dimiliki. Vietnam membuka pintu lebar-lebar buat investasi asing, termasuk di sektor pariwisata. Sehingga, industri pariwisata di pusat-pusat wisata berkembang pesat dan makin memuaskan. Bahkan, wisata di Vietnam semakin menjadi rujukan dunia.
Terowongan Cu Chi, misalnya, terus dipromosikan pemerintah Vietnam. Terowongan yang di masa perang menjadi tempat bersembunyi 10.000 Vietkong itu memang memiliki kisah dramatis. Sebab, terowongan itu pula yang menjadi kunci kemenangan Vietnam melawan Amerika Serikat yang membantu pemerintah Republik Vietnam Selatan.
Di tempat ini, kemasan wisata dibuat seperti aslinya. Kehidupan para Vietkong semasa perang bisa ditapak tilas. Lobang-lobang persembunyian dijadikan obyek wisata dengan peragaan para pegawai. Boneka tentara Vietnam juga dibuat di beberapa pojok, sehingga nuansanya seperti masih dalam suasana perang.
Yang terpenting lagi, pelayanan sangat memuaskan. Kebersihan juga tampak ditekankan dan keamanan dijamin sebaik mungkin. Ada beberapa polisi yang berbaju preman, tak terlihat. Jika sewaktu-waktu ada kriminal, maka meraka langsung beraksi. Itu pula sebabnya, pelaku kejahatan berpikir 1000 kali untuk beraksi, karena tak tahu di mana polisi berada.
Gedung-gedung bersejarah seprti Gereja Katedral, Istana Unifikasi, kantor pos, pagoda, juga menjadi andalan. Itu semua ada di Ho Chi Minh, atau Vietnam Selatan. Di Hanoi sebagai ibukota, juga banyak tempat wisata yang dikembangkan.
Halong Bay menjadi promosi utama. Apalagi, pulau-pulau dan batu karang di lautan itu menjadi salah satu konservasi dunia yang dilindungi PBB.
Vietnam juga pintar mengoptimalkan sungai-sungai mereka menjadi obyek wisata, seperti Sungai Saigon dan Mekong.
Hadirnya investor asing membuat sektor wisata di Vietnam menjadi sangat bagus. Sampai saat ini, ada 92 perusahaan wisata baik lokal maupun asing.
Di Sungai Saigon, misalnya, ada beberapa kapal milik asing yang memberi pelayanan wisata. Biasanya mereka menyediakan paket rumah makan. Jadi, makan sambil menyusuri sungai selama dua jam. Selama di kapal, pengunjung dihibur band, sulap, juga atraksi lain.
Beda di Indonesia. Meski memiliki banyak sungai, tapi belum dieksploitasi secara optimal sebagai industri swasta. Padahal, sungai-sungai di Vietnam tak jauh beda dengan Indonesia.
"Kami berinvestasi di sini sejak enam tahun. Pasar semakin menggairahkan, tapi persaingan semakin berat," kata pengelola Kapal Bonsai asal Austria, Madlen Ernst.
"Semakin banyak perusahaan asing yang beroperasi di sini. Sehingga, persaingan semakin kuat. Bahkan, ada yang mulai banting harga. Tapi, kami masih mengalami kenaikan penghasilan, karena pasar memang meningkat," tambahnya.
Menurut direktur agen perjalanan Viking, Hung Tran, memang wisatawan semakin meningkat dan persaingan makin kuat. "Kami harus kreatif dan pintar mengambil celah," katanya.
Persaingan ketat itu menguntunhgkan wisatawan. Sebab, selain harga bisa lebih murah, kualitas pelayanan semakin baik. Apalagi, pemerintah juga merangsang dengan membangun fasilitas yang lebih baik di tempat-tempat wisata. "Kami punya guide dengan banyak bahasa, termasuk Bahasa Indonesia," ujarnya bangga.
Apalagi, pemerintah Vietnam berencana membangun bandara baru yang dua kali lebih besar dari Bandara Changi di Singapura dan lebih mewah. Itu jelas akan merangsang pertumbuhan sektor wisata.
Maka, tak heran jika industri wisata Vietnam siap menyedot jatah pasar negara tetangga, termasuk jatah Indonesia. Sebab, dengan bandara baru, diharapkan akan ada 100 juta penumpang yang melewati bandara itu. (Hery Prasetyo)
0 comments:
Posting Komentar