Aktivitas aerobik merupakan salah satu cara untuk menjaga kebugaran dan kesehatan. Sayangnya, aktivitas aerobik yang dilakukan di luar ruangan, seperti jogging atau bersepeda di lingkungan yang tinggi polusi udara, sedikit banyak tetap berdampak negatif, terutama bila Anda mengidap penyakit asma, gangguan paru, atau penyakit kardiovaskular.
Menurut Prof Edward R Laskowski, MD, dokter anggota the American College of Sports Medicine, selama melakukan aktivitas aerobik, bahkan yang intensitasnya rendah, Anda akan menghirup udara 10 kali lebih tinggi dibanding saat beristirahat.
Selain itu, saat berolahraga Anda juga akan lebih sering menarik napas dalam hingga ke paru-paru dan bernapas lebih sering melalui mulut sehingga udara tak sempat disaring oleh sistem filter di hidung. Hal tersebut akan meningkatkan kontak dengan polutan yang ada di udara.
Akumulasi dari paparan polusi udara dan partikel-partikel kecil, seperti debu, aerosol, atau asap, bisa menyebabkan gangguan kesehatan, misalnya saja kerusakan pada sistem pernapasan kecil di paru-paru, meningkatnya risiko serangan jantung pada wanita lansia, serta meningkatnya risiko terkena kanker paru.
Meski begitu, Laskowski menyarankan agar kita tak perlu takut untuk berolahraga. Untuk meminimalkan dampak dari polusi udara saat berolahraga, ia memberi tips sebagai berikut:
- Pilih waktu yang tepat
Sebaiknya pilih waktu di pagi hari saat polusi udara belum terlalu tinggi. Anda juga bisa memilih lokasi di pinggiran kota atau daerah yang kadar polusinya rendah. Untuk Anda yang tinggal di Jakarta, Anda bisa mencoba bersepeda atau jogging di kawasan Kota Tua yang bebas kendaraan bermotor.
- Jaga jarak
Untuk mengurangi polusi, berolahragalah dalam radius lebih dari 20 meter dari jalan raya karena level polusi masih tinggi dalam radius 15 meter dari jalan.
- Olahraga indoor
Variasikan lokasi olahraga Anda. Sesekali lakukan olahraga di gym atau jogging track dalam ruangan.
sumber
0 comments:
Posting Komentar