Beberapa waktu lalu saya sempat mendengar dari teman dan saudara saya bahwa paling tidak setelah Pilpres Juni 2009 ini kita tidak lagi bisa menonton acara-acara favorit kita di tv swasta nasional secara gratis yang selama ini menemani keseharian kita. Kita akan diwajibkan untuk membayar alias kita membeli. Kalau di era orde baru dulu ada program yang berupa iuran televisi yaitu setiap 1 bulan sekali kita ditarik uang iuran yang pada saat itu lumayan besar dan sepertinya era itu kembali lagi. Bagi kaum menengah ke atas bukan suatu hal yang berat jika harus membayar iuran per bulannya karena bukan hal yang baru lagi jika kalangan tersebut berlangganan tv kabel yang menjjamur belakangan ini. Tapi bagi rakyat kecil yang kesehariannya menjadikan tv sebagai media hiburan tentu hal ini akan memberatkan, buat mencukupi harian saja sulit apalagi kalau harus berlangganan tv berbayar. Efeknya akan banyak rakyat Indonesia yang sebagian besar dari kalangan menengah ke bawah tidak akan bisa lagi melihat acara di tv yang menghibur sekali secara gratis. Bayangkan jika ibu-ibu Rumah tangga yang kesehariannya menjadi maniak sinetron, gimana reaksi mereka jika mau nonton acara kesayangannya? bagaimana reaksi anak-anak yang harus tahu kalau orang tua mereka mengeluarkan uang demi kesenangan melihat jagoan favoritnya beraksi di layar kaca? bagaimana reaksi bola mania yang berada di pedesaan yang ga bisa nonton bareng di kafe-kafe? bagaimana bapak-bapak yang biasanya mengikuti perkembangan dunia terutama politik ter-update dapat menyimak perkembangannya di rumahnya sendiri?
Tentu hal ini akan menambah penderitaan rakyat kecil, sekarang hiburan yang gratis saja mulai ditarifkan justru yang saya takutkan semakin banyak yang stres karena sudah terlalu berat memikirkan beban hidup, hiburan satu-satunya tidak bisa diakses lagi karena dia ga memliki uang yang cukup untuk berlangganan tv berbayar.
Jika memang pemerintah pada akhirnya melakukan hal ini dengan alibi untuk memajukan pertelevisian di Indonesia, kenapa baru sekarang? kenapa semakin menekan rakyat kalangan bawah yang hidupnya sudah tertekan? apakah stasiun tv sekarang kekurangan dana untuk mengembangkan dirinya? apakah dana dari sponsor yang semakin hari semakin berjubel di setiap tayangan tidak mencukupi?apakah ini hanya akal-akalan pemerintah saja yang ingin mengeruk keuntungan dengan alibi-alibi yang ga jelas?
0 comments:
Posting Komentar