7/31/2009
Rumah Peredam Gempa: Rumah Bidai
Kearifan lokal masyarakat adat Bengkulu dalam membangun Rumah Bidai yang terbuat dari bambu ternyata bisa menjadi hunian alternatif tahan gempa untuk mengurangi resiko bencana.
Studi tentang keunggulan desain Rumah Bidai telah dilakukan Yayasan Layak Bengkulu. Dari penelitian terhadap rumah-rumah yang roboh total akibat gempa 2007 dengan kekuatan 7,9 SR di Bengkulu terungkap bahwa sebagian besar adalah rumah permanen yang terbuat dari batu bata atau beton. Sementara rumah yang berbahan utama kayu dan "bidai" mampu bertahan dari goncangan dan goyangan gempa.
"Kami baru saja membuat studi untuk mengungkap kearifan lokal masyarakat Bengkulu yang ternyata memiliki desain bangunan rumah yang bahan bakunya sederhana dan yang paling utama tahan gempa," kata staf Yayasan Layak Hema Malini di Bengkulu, Jumat.
Kondisi geografi Bengkulu yang berada di pertemuan dua lempeng aktif yakni Indo-australia dan Eurasia serta adanya patahan Sumatera (Sumateran fault) membuat daerah ini berada pada zona merah rawan bencana gempa. Mengutip penelitian Fakultas Teknologi Universitas Bengkulu, kata dia, sejak tahun 1973 hingga 2008 telah terjadi 1.200 kali gempa di Bengkulu.
"Menggunakan bahan baku kayu mungkin sangat mahal karena kayu sudah langka tetapi dengan bidai lebih sederhana bahannya dan kami melihat banyak masyarakat yang kembali membangun rumah bidai, dengan bambu sebagai pengganti batu bata," jelasnya.
Berkembangnya pembangunan rumah bidai kata Hema saat ini dilakukan oleh mayarakat di beberapa desa di Kecamatan Air Napal Kabupaten Bengkulu Utara. Yayasan Layak, lanjut hema, akan berusaha mengkampanyekan penggunaan rumah bidai untuk masyarakat lainnya di Provinsi Bengkulu yang seluruhnya berpotensi mengalami gempa bumi.
"Sepuluh kabupaten/kota berpotensi diguncang gempa berdasarkan zona merah rawan gempa yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika," jelasnya.
sumber
0 comments:
Posting Komentar